JAKARTA | TOPNEWS.co.id – Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, melakukan pertemuan dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, Letjen Doni Monardo, di Kantor BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur, Kamis (3/10/2019) kemarin.
Pertemuan tersebut, selain untuk bersilaturahmi, juga untuk membangunan komunikasi yang lebih intens antara BNPB Pusat dan BPBD Daerah. Bupati Indah dalam pertemuan itu berbicara tentang bagaimana upaya pemerintah daerah mengurangi dampak risiko bencana, khususnya banjir dan tanah longsor.
“Bencana tidak bisa diprediksi kapan terjadi, tapi paling tidak ada upaya pengurangan risiko bencana ketika bencana itu terjadi,” kata Indah.
Indah menyebutkan, di Luwu Utara, bencana yang acapkali terjadi adalah banjir dan longsor. Untuk itu, kata dia, perlu ada upaya penanggulangan risiko bencana denga cara mengelola lingkungan alam secara baik.
“Biasanya banjir terjadi karena ada perusakan hutan dan pegunungan, sehingga perlu ada penanaman pohon yang sifatnya jangka panjang,” ujar Indah yang sempat menyinggung penanaman pohon sagu di daerah pesisir.
Menurutnya, penanaman pohon sagu di daerah pesisir harus dilakukan dengan cara pemberdayaan masyarakat, dan masyarakat juga harus dilibatkan dalam melakukan budidaya tanaman sagu.
“Budidaya sagu menjadi penting untuk kita lakukan. Apatahlagi nilai ekonominya juga tingggi. Sagu ini kan tanaman yang sangat bagus untuk daerah pesisir juga. Itulah sebabnya di Luwu Utara ada yang namanya kampung sagu,” jelas Indah.
Kepala BNPB, Doni Monardo, setali tiga uang. Ia mengatakan, banjir/longsor hanya bisa diatasi dengan mengelola lingkungan alam secara baik.
“Selama ini penanganan yang biasa dilakukan adalah membuat bronjong dan talud. Padahal penanganan seperti ini sifatnya sementara dan mempunyai jangka waktu. Beda jika kita melakukan penanaman pohon, kemudian dipelihara. Jadi perlu ada kepedulian warga desa untuk melakukan penanaman pohon,” terangnya.
Eks Danjen Kopassus ini berharap masyarakat di desa dapat melakukan penanaman pohon, paling tidak satu orang satu pohon.
“Kita harus berpikir jangka panjang bagaimana nasib anak cucuk kita ke depan. Untuk itu, beri pemahaman atau edukasi kepada pemerintah desa untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa menanam pohon hari ini bukan untuk kita, tapi untuk warisan anak cucu kita ke depan,” jelasnya.
Lanjut Doni Monardo menambahkan, bencana alam seperti banjir dan longsor yang acapkali terjadi seharusnya juga dihadapi dengan cara yang alami pula, seperti menanam pohon yang sifatnya jangka panjang.
“Menyelesaikan masalah bencana alam di daerah juga harus disesuaikan dengan kondisi ekologi di daerah. Jadi, intinya adalah bagaimana bencana alam yang terjadi itu mesti ditanggulangi dengan cara alami pula,” terangnya.
Sementara itu, Kalaksa BPBD Muslim Muhtar, berharap, dengan adanya pertemuan tersebut timbul semangat untuk mengurangi dampak risiko bencana dari seluruh stakeholder yang ada, mulai dari pemerintah di semua level, sampai kepada masyarakat umum lainnya.
“Penanggulangan bencana bukan hanya datang dari pemerintah saja, tetapi juga dari seluruh stakeholders dan masyarakat umum lainnya,” tegas Muslim. (LH)