SOROWAKO | TOPNEWS.co.id – PT Vale Indonesia Tbk, kini menggunakan boiler electric berbasis energi terbarukan dalam melakukan pengolahan nickel. Hal itu menjadikan pabrik nikel yang berdiri sejak tahun 1968 ini, menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang menggunakan teknologi terkini tersebut.
Selain dapat menghemat dalam pengolahan nikel, boiler elektrik ini juga mengurangi penggunaan emisi yang menimbulkan polusi udara disekitar tambang tercemar, karena proses pengolahan nikel tidak lagi menggunakan bahan bakar High Sulfur Fuel Oil (HSFO), namun kini menggunakan tenaga uap yang dihasilkan dari boiler electric tersebut.
Untuk mengoperasikan teknologi terkini yang peralatannya didatangkan dari Amerika Serika ini, hanya disuplai listrik dari PLTA yang sudah ada dan sudah beroperasi sejak Mei 2019 lalu.
“Boiler baru ini mendapat suplai listrik dari PLTA kami. Sehingga bisa dikatakan nol emisi. Sedangkan pada model sebelumnya menggunakan bahan bakar HSFO (high sulfur fuel oil),” kata Senior Manager Communications PT Vale, Bayu Aji, Kamis (01/08/2019).
Boiler Electric ini merupakan salah satu alat penting dalam produksi nikel PT Vale. Sebab, uap yang dihasilkan alat ini berguna untuk proses atomisasi di burner rotary dryer dan reduction kiln, memanaskan sulfur yang digunakan pada proses reduction kiln dan berfungsi untuk memanaskan pipa bahan bakar.
Menurut Projek Manager Electric Boiler, Zanuddin, bahwa selain ramah lingkungan, kinerja boiler ini juga lebih efisien dan efektif, karena hanya membutuhkan suplai sebesar 8 megawatt listrik dan mampu memproduksi uap dalam waktu hanya 10 menit dari kondisi warm. Sedangkan boiler model sebelumnya perlu beberapa jam.
“Boiler electric ini, bisa menghasilkan tekanan uap hingga 31 ton per jam. Namun kami hanya membutuhkan sebanyak 14 ton perhari untuk digunakan membantu proses atomisasi bahan bakar di dryer dan killn,” terang Zainuddin.
Di sisi lain, biaya operasional boiler baru ini lebih ekonomis 33 kali dibanding model sebelumnya atau dapat menghemat sekitar 5 juta dollar AS per tahun.
Zainuddin menjelaskan, bahwa mesin uap atau boiler electric ini tidak menggunakan elemen apapun untuk menciptakan uap.
“Jadi banyak jenis boiler (ketel) atau mesin uap yang dipakai oleh perusahan, kalau boiler yang menggunakan bahan bakar seperti batu bara, selain akan berdampak pada masalah lingkungan juga akan mengalami peladakan ketika air dalam pipa habis,” jelasnya.
Begitu pula boiler yang menggunakan elemen listrik, lanjut Zanuddin, ketika kekurangan air, listriknya pun juga tetap mengalir sehingga sangat berbahaya
“Sedangkan yang kami pakai merupakan Boiler yang tidak menggunakan elemen apapun, ketika kekurangan air, maka boiler tidak akan menyalakan listrik dan menghasilkan uap,” pungkas Zainuddin.
Penggunaan teknologi Boiler Elektrik ini, sudah mendapat izin dari pemerintah Indonesia melalui Disnakertrans Provinsi Sulawesi Selatan. Bahkan, pada proses pembangunannya sejak awal tahun 2018 lalu, juga melibatkan Disnakertrans Pempov Sulsel dalam hal pengawasan.
“Kami dari disnakertrans, sangat mengapresiasi pihak PT. Vale Indonesia, Tbk. Karena telah melakukan perubahan dan terobosan baru bagi dunia pertambangan khususnya di wilayah Indonesia, untuk mengurangi penggunaan emisi dan polusi udara,” kata Sudirman Musry, perwakilan Disnakertrans Pemprov Sulsel. (**)