MAKASSAR | TOPNEWS.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) serentak 2020 sebentar lagi akan dimulai disejumlah daerah. Salah satunya di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Di Luwu Utara sendiri sejumlah figur sudah mulai ramai diperbincangkan yang akan digadang-gadang akan mencalonkan diri pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Figur yang bermunculan masih merupakan wajah lama dari berbagi wilayah yang ada di Luwu Utara dan masih didominasi oleh politisi.
Inspirator Muda Tana Luwu, Haeril Al Fajri yang juga merupakan putra asal Malangke, Luwu Utara, menyambut positif munculnya sejumlah figur yang akan maju pada Pemilukada 2020 mendatang.
“Saya bangga banyak tokoh yang diperbincangkan masyarakat Luwu Utara untuk maju pada di Pilkada Lutra 2020, ini adalah bukti masyarakat ingin melibatkan diri dalam menentukan calon pemimpinnya,” kata Haeril, melalui via WhatsAppnya, Selasa (14/05/2019).
Namun, ia juga berharap adanya figur asal Malangke yang bisa ikut berkompetisi di daerah tersebut pada Pemilukada 2020 mendatang.
Menurutnya, ada empat tokoh dari daerah Malangke yang bisa meramaikan Pilkada nantinya. Selain karena mereka muda, mereka juga punya ide dan gagasan yang munpuni untuk Luwu Utara kedepan.
“Saya pikir saat ini ada empat figur dari Malangke yang bisa kita tawarkan ke publik. Baik dari kalangan politisi, pengusaha, profesional maupun dari kalangan birokrasi,” terangnya.
“Ada Andi Sukma dari kalangan politisi, Ronny Abbas dari kalangan pengusaha. Selain itu, juga ada dri profesional, Bahtiar Manadjeng, atau dari birokrasi, Sulpiadi. Mereka ini adalah putra-putra terbaik asal Malangke, yang sudah tidak diragukan lagi ide dan gagasannya dalam membangun Lutra kedepan,” tambahnya.
Tapi menurutnya, keempat tokoh yang disebutkan itu sebaiknya menjalin komunikasi dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Kecamatan Malangke dan Malangke Barat.
“Kalau perlu kita semua kumpul, ajak tokoh-tokoh masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Perempuan, Tokoh Pemuda, Tokoh Petani dan Nelayan. Ya semacam dialog sambil manre saperra, hal ini mengembalikan politik pada nilai-nilai cultural yang menjadi ciri khas masyarakat Tana Luwu,” pungkasnya. (**)