TopNews.co.id – Bisnis properti menjadi salah satu lini usaha yang terpukul sejak adanya virus Corona (COVID-19). Tak hanya penjualan saja yang menyusut, dari sisi harga pun mau tidak mau jadi stagnan selama diserang pandemi tersebut.
“Sementara kita belum menaikkan harga,” ujar Ketua Umum DPP REI Nasional Totok Lusida kepada TopNews, Kamis (19/04/2020).
Totok menjelaskan pada dasarnya harga jual apartemen bandung di bisnis properti bakal senantiasa naik di kondisi apapun. Akan tetapi, karena masyarakat juga kena imbas dari pandemi kali ini, pengembang lebih memilih menunda kenaikan harga properti sementara waktu.
“Ya tetaplah (stagnan), wong kita ini seharusnya naik dengan melemahnya rupiah. Kan barang-barang naik semua,” sambungnya.
Lembaga Riset Properti Colliers International di Indonesia melaporkan hampir seluruh lini bisnis properti terdampak oleh pandemi ini.
Untuk Apartemen, harga jualnya tercatat turun dari rata-rata kuartal sebelumnya. Dari harga jual Rp 34,8 juta per meter persegi pada kuartal IV-2019 menjadi hanya Rp 34,6 juta per meter persegi pada kuartal I-2020. Harga sewa apartemen juga mengalami penurunan hingga 5% di area CBD dan turun 2% di area non-CBD.
Demikian pula dengan Hotel, harga sewa hotel di Jakarta sejak Februari 2020 sudah mengalami penurunan dari rata-rata US$ 62 setara Rp 992.000/malam (kurs Rp 16.000/US$) menjadi US$ 60 atau Rp 960.000/malam. Bali lebih dalam lagi, dari rata-rata US$ 125 atau setara Rp 2 juta menjadi US$ 90 atau setara Rp 1,44 juta.
Sepi Pembeli Karena Wait & See
Penurunan transaksi jual apartemen surabaya di lini bisnis bisnis terjadi lantaran pembeli banyak yang enggan melakukan tatap muka dengan pengembang, mengikuti imbauan pemerintah terkait social distancing.
“Ya kan kemarin mulai Desember (2019) itu sempat meningkat sekitar 10% dibanding Desember tahun lalu (2018), tetapi begitu masuk Maret mulai turun karena adanya COVID-19 ini,” ujar Ketua Umum DPP REI Nasional Totok Lusida kepada TopNews, Kamis (19/4/2020).
Karena orang beli rumah tidak bisa cuma lihat internet, harus ketemu face to face, nah dengan adanya COVID-19 ini jadi tidak bisa,” sambungnya.
Menurut Totok, fenomena sepi pembeli di sektor properti saat ini terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia dan di semua jenis properti.
“Seluruh Indonesia dan semua lini properti, mulai dari rumah sederhana sampai high rise building,” katanya.
Baru-baru ini, Lembaga Riset Properti Colliers International di Indonesia melaporkan hampir seluruh lini bisnis properti terdampak oleh pandemi ini.
Untuk Apartemen, penjualan hingga huniannya sepanjang kuartal I-2020 ini tercatat kian sepi. Tingkat serapan penjualan apartemen di Jakarta pada kuartal I-2020 rata-rata mengalami penurunan dari kuartal sebelumnya dari level 87,2% menjadi 85,5%. Tingkat hunian pasar apartemen di Jakarta juga mengalami penurunan tajam menjadi 61,4% dari 67,9% di tahun 2019.