LUTIM – Sinergi dan Akselerasi di Tana Luwu menjadi tema peringatan Hari Jadi Luwu ke-752 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-74 yang dipusatkan di Kabupaten Luwu Timur, Bumi Batara Guru. Kegiatan di awali Pawai Karnaval Budaya dari empat daerah se Tana Luwu di Jalan Poros Malili.
Puncak Peringatan hari bersejarah bagi masyarakat Tana Luwu ini dihadiri Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman didampingi Bupati Luwu Timur, HM Thoriq Husler, Wakil Bupati, Irwan Bachri Syam, Wakil Bupati Luwu, Syukur Bijak, Wakil Walikota Palopo, Rahmat Masri Bandaso dan berbagai elemen masyarakat Tana Luwu.
Andi Sudirman Sulaiman mengatakan, dengan berbagai potensi yang tersebar di seluruh wilayah Luwu Raya dan Tana Toraja maka sudah sepantasnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menargetkan wilayah Luwu Raya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Progres pembangunan infrastruktur termasuk membuka akses kewilayah terpencil juga terus kami kerjakan. Wilayah Seko yang dulunya hanya bisa ditempuh 3 hari kini sudah bisa diakses selama 5 jam, termasuk juga infrastruktur jalan dari Ussu – Nuha – hingga perbatasan Beteleme Provinsi Sulawesi Tengah,” ungkap Wagub Sulsel.
Lanjut Wagub, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan mewujudkan pembangunan infrastruktur yang merata tanpa diskriminasi sesuai cita-cita yang termuat dalam sila ke lima Pancasila yakni “Sosial Justice” atau keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
“Kami tetap fokus membangun infrastruktur membangun masyarakatnya, membangun sumber daya manusianya dan memaksimalkan potensi-potensi adalah upaya yang terus akan kami optimalkan bagi seluruh elemen masyarakat di Sulawesi Selatan utamanya di Tana Luwu,” ungkap Andi Sudirman Sulaiman.
Sementara itu, Husler dalam sambutannya mengatakan, sebagai bagian dari perjalanan panjang sejarah Kedatuan Luwu dan penghormatan atas jasa patriotisme para pejuang Tana Luwu, marilah kita jadikan momentum hari bersejarah ini menjadi sumber inspirasi dan pembangkit motivasi membangun Tana Luwu menuju masyarakat yang sejahtera dan bermartabat serta berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Wija To Luwu.
“Rebba sipatokkong, mali siparappe, sirui menre’ tessirui nok, malilu sipakainge, maingeppi mupaja” yang berarti, rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, saling menarik ke atas dan tidak saling menekan kebawah, terlupa saling mengingatkan, dan jangan berhenti untuk saling mengingatkan,” jelas Husler.
Pepatah bugis ini, kata Husler, juga bermakna kita harus bersinergi, saling membantu menghadapi berbagai hambatan dan rintangan serta saling mengingatkan untuk kebaikan. Jika semua itu kita jalankan maka akan terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera.
Orang nomor satu di Luwu Timur ini juga mengatakan, Tana Luwu dengan segala potensi baik itu sumber daya alam seperti pertambangan, jasa, pariwisata hingga sektor pertanian. Semua ini menjadi penyangga utama perekonomian di Sulawesi Selatan.
“Kita semua harus bangkit, bekerjasama, dan berkarya untuk kemajuan Tana Luwu. Sektor perekonomian harus tumbuh secara berkualitas dimana pertumbuhan itu bisa berkontribusi pada pengurangan tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan,” tutupnya.
Peringatan Hari Perlawanan ini juga ditandai dengan penyerahan Kendaraan Oprasional Desa, Mobil Jenazah, Bus Sekolah dan kendaraan oprasional Roda Dua buat Polres Luwu Timur. Acara ini juga disemarakkan dengan pertunjukan tarian kolosal Opu Daeng Risaju yang melibatkan seratus penari yang dibawakan oleh para pelajar Luwu Timur. (hms/ikp/kominfo)